Kamis, 31 Oktober 2013

Mimpi Tentang Indonesia Hilang (Kompas, 13 September 2013)

Demokrasi yang tumbuh setelah reformasi dan gaduh dengan banyak isu tidak memunculkan mimpi tentang Indonesia. Upaya mencari pemimpin dalam pemilihan umum juga kerap tejebak dalam pesona pribadi kandidat tanpa tahu apa mimpi mereka tentang Indonesia.
Demikian salah satu topic bahasan diskusi Lingkar Muda Indonesia dengan tema “Pemimpin yang Menyelesaikan Masalah” di Bentera Budaya Jakarta, Kamis (12/9). Hadir sebagai pembicara peneliti senior Pusat Peneliti Politik, LIPI Syamsuddin Haris, Ketua Forum Studi Kebudayaan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Acep Iwan Saidi, Deputi Peneliti dan Basis Data Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM Rimawan Pradiptyo, serta peneliti Institute for Strategic Analysis Lucky D Djani.
“Sekarang yang ada kita terpesona pada personalitas. Tidak pernah kita bertanya mimpi para kandidat. Kita belum menentukan ke mana arah mimpi kita tentang Indonesia,” ujar Lucky. Syamsuddin menambahkan, tidak hadirnya mimpi tentang Indonesia karena skema pemilu tidak membuka mekanisme bagi public menguji mereka. Salah satu mimpi yang tidak muncul adalah soal kekayaan sumber daya alam Indonesia yang dikuasai Asing.

“Belum satupun pemimpin punya mimpi jelas soal ini. Apakah akan dirasionalisasi atau mengambil langkah radikal. Yang jelas, bukn suatu langkah biasa-biasa saja,” ujarmya. Kritik disampaikan juga kepada kandidat yang dari hasil survey tinggi elektabilitasnya tetapi selalu bilang “tidak mikir” ketika ditanya pencalonannya. Mengenai konvensi, apresiasi diberikan. Kritik diberikan untuk potensi konvensi jadi semacam kontes pencarian bakat. Anggota komite konvensi, Efendi Gazali, yang hadir sebagai peserta diskusi, diberi “tugas” untuk meminimalkan potensi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar